MAKALAH
WAWASAN ILMU PENGETAHUAN
KELOMPOK
I
Siti Miftahul Jannah
Alman
Rini Purnamasari
Nuhrasa Verdiana Marsa
Nama Dosen : Drs. Samhi Muawan
Djamal, M.Ag
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada
dasarnya manusia merupakan makhluk yang selalu ingin tahu. Manusia tercipta
dengan kodarat memiliki rasa keingintahuan yang lebih besar dibandingkan dengan
binatang. Kemudian hal itu jugalah yang
membedakan manusia dengan binatang. Disamping
memiliki rasa keingintahuan yang besar, manusia juga melakukan proses yang
dinamakan “berfikir”. Dalam dunia ilmu dan pengetahuan, eksistensi manusia
dengan berfikir itu menjadi realita. Karena berfikir itu di anggap sebagai
sumber eksistensi maka kemudian lahirlah penyelidikan sistematik tentang
pola-pola dan hukum-hukum berfikir yang dipelajari oleh logika.
Pada adasarnya Ilmu Pengetahuan dan
Penelitian sangatlah berkaitan dan hampir tidak bisa dipisahkan, sebab ilmu
akan berkembang karena adanya penelitian. Dewasa ini kita melihat bahwa dunia semakin
maju itu juga karena adanya perkembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu kita
disini sebagai calon pemimpin masa depan perlu dibekali dengan ilmu-ilmu
penelitian, dengan harapan kita bisa membaca gejala-gejala alam yang ada baik
gejala dari ilmu pengetahuan alam maupun gejala dari ilmu pengetahuan sosial
dan diharapkan kita juga mampu menyelesaikan masalah dari gejala-gejala
tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
pengertian dari ilmu pengetahuan?
2. Bagaimana
eksistensi manusia dalam ilmu pengetahuan?
3. Bagaimana
relevansi ilmu pengetahuan dan penelitian?
C.
Tujuan
Makalah
1. Mampu
memahami pengertian dari ilmu pengetahuan.
2. Mampu
mengerti eksistensi manusia dalam ilmu pengetahuan.
3. Mampu menjelaskan relevansi ilmu pengetahuan dan
penelitian.
|
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Ilmu Pengetahuan
Pengertian
ilmu bermakna ganda, seperti apa yang terjadi dikalangan ahli agama, filsafat,
ilmuwan atau peneliti. Dari masing-masing para ahli memiliki persepsi yang
berbeda. Secara etimologi istilah ilmu berasal dari science, dan dalam bahasa
indonesia pemakaian istilah ilmu sudah jarang dipakai karena bisa diterapkan
pada ilmu hitam, ilmu klenik perdukunan dan sebagainya.
Untuk
menghindari adanya salah tafsir, maka istilah science diterjemahkan saja dengan
sains. Dalam yunani kuno istilah sains disebut dengan scientia yang berarti
suatu pengetahuan umum yang sifatnya empiris.
Beberapa
ahli berpendapat tentang batasan/definisi sains, yaitu :
1. Ilmu
adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu
golongan masalah yang sama tabiatnya maupun menurut kedudukannya tampak dari
luar maupun bangunannya dari dalam (Hatta, 1953:13).
2. Ilmu
pengetahuan ialah suatu yang komplek atau disiplin pengetahuan tentang bidang
realita tertentu yang didasarkan pada fakta dan disusun serta dihubungkan
secara sistematik dan menurut hukum-hukum logika (Polak,1968:3).
3. Ilmu
yang dihubungkan dengan observasi, deskripsi, klasifikasi, pengukuran,
eksperimen, generalisasi, eksplanasi, prediksi, evaluasi, dan kontrol terhadap
dunia (Sills,1968:84).
Dengan demikian para ahli mendefinisikan ilmu
pengetahuan berbeda-beda, setelah abad ke-20 sains telah diberikan arti sebagai
suatu pengetahuan yang sistematik tentang suatu hubungan sebab-akibat.
Menurut UU No 18 tahun 2002, Ilmu pengetahuan adalah
rangkaian pengetahuan yang digali, disusun, dan dikembangkan secara
sistematis dengan menggunakan pendekatan tertentu yang dilandasi oleh
metodologi ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif, kualitatif, maupun
eksploratif untuk menerangkan pembuktian gejala alam dan/atau gejala
memasyarakatan tertentu.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yg disusun secara bersistem
menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu
di bidang (pengetahuan) itu.
Jadi pada intinya ilmu pengetahuan
(science) ialah hasil pengolahan kembali pengetahuan (knowledge) melalui
pengujian menggunakan metode ilmiah yang didukung oleh sekumpulan bukti dan
disusun secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren. Sehingga agar
pengetahuan menjadi ilmu perlu dilakukan pengujian ilmiah terlebih dahulu.
B.
Eksistensi
Manusia dalam IlmuPengetahuan.
Didalam menghadapi ilmu, biasanya dimulai dengan adanya
sebuah pertanyaan. Mengapa ilmu atau penelitian itu harus ada? Pertanyaan
seperti ini sangatlah luas penjabarannya. Pertanyaan ini baru akan terjawab
jika manusia berperan penting dalam menyelesaikan atau memecahkan pertanyaan
itu. Dengan demikian manusia bisa menyimpulkan bahwa ilmu atau penelitian
berpangkal atau bersumber dari eksistensi manusia yang pada hakikatnya memiliki
sifat selalu ingin tahu. Hal ini pula yang membedakan antara manusia dengan
binatang. Binatang hanya bisa mengetahui apa yang mereka lihat secara fisik,
dalam artian mereka hanya bisa melihat wujud luarnya saja tanpa mengetahui apa
yang ada didalam yang mereka lihat tersebut. Berbeda dengan manusia, manusia
selalu ingin tahu dengan apa yang mereka lihat.
Manusia ilmuan adalah manusia yang paling radikal karena
selalu ingin tahu sampai pada yang hakiki, dan berusaha menyingkirkan segala
macam rintangan yang ada, dan menurut manusia dalam ilmu dan penilitian tidak
ada dogma atau hal yang tabu untuk di ungkap.
Secara hakiki, para ahli fikir mempunyai filsafat yang
disebut “breakthrough” yang artinya selalu ingn tahu, ingin menembus kebelakang
tembok yang dihadapi. Contohnya seperti masalah seks. Jika dalam masyarakat
biasa, seks merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan. Namun jika hal ini
dihadapkan pada para pemikir atau para filosofis, seks tidak lagi menjadi hal
yang tabu, akan tetapi menjadi hal yang biasa untuk dibahas.
Manusia ingin tahu itupun tidak dangkal, tidak hanya sekedar
ingin tahu saja. Sebab mereka ingin mengetahui untuk bahan persiapan lebih
lanjut untuk lebih mengerti pengetahuan yang hakiki. Disamping itu, ilmu dan
penelitian berpangkal pada eksistensi manusia yang selalu ingin bertanya.
Tujuan manusia bertanya bermacam-macam. Bukan hanya sebagai bahan lelucon atau
permainan belaka. Jika dikaji lebih luas dan mendalam apa hakikat bertanya itu,
berikut akan disebutkan apa tujuan dari bertanya tersebut. Diantaranya:
a. Untuk menciptakan persoalan
b. Terarah untuk memperoleh jawaban
c. Untuk merangsang melakukan
penalaran.
Dalam
membuat pertanyaan biasanya manusia menggunakan jenis-jenis pertanyaan sebagai
berikut;
a. Where (dimana)
b. When (bilamana/kapan)
c. How (bagaimana)
d. Why (mengapa)
e. What (apa)
Disamping
manusia sebagai makhluk yang selalu ingin tahu dan bertanya maka dari itu
manusia disebut sebagai makhluk yang berfikir. Aristoteles menyebutnya sebagai
“animal rationale”. Manusia tidak hanya mengalami tapi manusia melakukan proses
mental yang namanya berfikir. Ucapan Aristoteles yang masyhur itu sampai kini
masih terkenal karena dengan berfikir itu manusia memiliki eksistensi yang
spesifik dalam dunia ini. Manusia tidak hanya sekedar berfikir tapi manusia
menyadari sejauh mana eksistensi berfikir yang dimiliki. Hal ini tidak berarti
semua tindakan manusia bersifat rasional, tetapi kadang manusia bertindak tidak
rasional. Seperti halnya ucapan Descartes yang berbunyi “cogito ergo sum,
artinya aku berfikir oleh karena itu aku ada”.
Jika
dilihat dari seluruh cakrawala pengetahuan manusia dari dulu sampai sekarang
maka pengetahuan manusia tecakup dalam tiga dunia yaitu:
1. Dunia das sien (dunia empiris)
2. Dunia das sollen (dunia normative)
3. Dunia metaphysic (dunia agama atau
filsafat metafisik)
Eksistensi
pengetahuan manusia yang luas sebenarnya merupakan hasil dari kegiatan budi
manusia. Jika diamati lebih dalam lagi maka pengetahuan manusia sukar
dinyatakan homogen, tetapi terdapat beberapa sifat pengetahuan yang berbeda
didalamnya. Karena itu manusia dapat malakukan pengelompokan. Para ahli
filsafat mengelompokan menjadi empat jenis yaitu:
1. Filsafat (philosophy)
2. Ilmu (science)
3. Seni (art)
4. Agama (religion)
Ilmu tak
lagi memperhatikan dari segi metafisik tapi hanya memperhatikan segi empiris.
Pengaruh pandangan yang positif dan mekanis kemudian ilmu telah diberikan makna
yang sangat positif dan akhirnya dinyatakan bahwa ilmu bukan lahir dari
filsafat tetapi ilmu adalah hasil dari penyelidikan manusia yang
berkesinambungan.
C.
Relevansi antara Ilmu Pengetahuan
dan Penelitian
Dari berbagai
ahli yang mencoba membuat definisi penelitian yang tepat, pada dasarnya
penelitian adalah suatu proses penyelidikan atau pencarian sesuatu (fakta dan
prinsip-prinsip) yang dilakukan secara sistematis, hati-hati, kritis (critical
thinking) dan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dari pengertian tersebut,
dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian merupakan suatu metode untuk
menemukan kebenaran, sehingga penelitian merupakan metode berpikir secara
kritis.
Ilmu pengetahuan
adalah usaha yang bersifat multi dimensional, sehingga dapat didefinisikan
dalam berbagai cara dan tidak baku. Walau demikian ilmu pengetahuan perlu
dilihat sebagai suatu dasar (basic) proses berpikir manusia dalam melaksanakan
berbagai penelitian. Untuk itu ilmu pengetahuan dapat dihubungkan dengan metode
dan proses penelitian tersebut.
Para ahli
menyebutkan bahwa tidak mungkin memisahkan ilmu dengan penelitian dan
diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang sama. Almack (1930) mengatakan
bahwa penelitian dan ilmu merupakan hasil dan proses. Penelitian merupakan
proses sedangkan hasilnya adalah ilmu. Whitney (1960) menegaskan bahwa ilmu dan
penelitian merupakan proses yang berlangsung secara bersama-sama. Artinya ilmu
dan penelitian adalah proses yang sama sedangkan hasil dari proses tersebut
adalah kebenaran (truth). Kebenaran yang dimaksudkan adalah pengetahuan yang
benar yang kebenarannya terbuka untuk diuji oleh siapa saja yang berkeinginan
untuk mengujinya.
Dengan
relevansi/ hubungan tersebut dapat disebutkan berbagai aspek yang menjadi
peranan dari ilmu dan penelitian sehingga dapat disebutkan sesuatu yang
dilakukan itu merupakan karya keilmuan, seperti;
a. Mencandra/
Deskripsi
Fungsi ini
berusaha untuk menggambarkan atau menjelaskan hal-hal yang menjadi pokok
permasalahan.
b. Menerangkan/
Eksplanasi
Fungsi ini
berusaha untuk menerangkan kondisi-kondisi yang mendasari munculnya
permasalahan atau terjadinya peristiwa-peristiwa.
c. Penyusunan
Teori
Fungsi ini
berusaha untuk menyusun teori/ prinsip/ aturan-aturan mengenai hubungan antara
kondisi/ peristiwa yang satu dengan yang lain.
d. Peramalan/
Prediksi
Fungsi ini
berusaha untuk mengadakan ramalan/ prediksi, estimasi dan proyeksi terhadap
permasalahan/ peristiwa dan dampak yang akan terjadi.
e. Pengendalian/
Controling
Fungsi ini
berusaha untuk melakukan tindakan-tindakan pengendalian terhadap permasalahan/
peristiwa/ gejala.
Perguruan Tinggi
sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi perlu melaksanakan kegiatan penelitian
sebagai perwujudan dari pelaksanaan salah satu Tridharma Perguruan Tinggi yaitu
pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dosen
(tenaga pengajar) sebagai perangkat yang penting dalam kegiatan akademik di
perguruan tinggi mempunyai kewajiban mengemban ketiga tugas tersebut.
Salah satu usaha
yang dapat ditempuh adalah berusaha untuk melakukan penelitian sendiri artinya
penelitian dilakukan secara mandiri dan sesuai degan etika penelitian baik oleh
para dosen atau perguruan tinggi atau dengan melibatkan dosen dan mahasiswa.
Penelitian yang mampu dilakukan secara mandiri nantinya akan mampu meningkatkan
kualitas dosen maupun perguruan tinggi. Dalam rangka usaha tersebut,
pengetahuan dan ketrampilan para dosen terhadap penelitian sangat perlu,
terutama Metodologi Penelitian. Hubungannya dengan peningkatan kegairahan
meneliti para mahasiswa maka diharapkan dalam setiap mata kuliah yang diajarkan
ada satu mata kuliah khusus tentang Metodologi Penelitian. Melalui penelitian,
diharapkan akan muncul pengetahuan-pengetahuan baru atau terobosan-terobosan
yang berguna bagi perguruan tinggi maupun pembangunan suatu bangsa.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada dasarnya manusia merupakan
makhluk yang selalu ingin tahu. Manusia tercipta dengan kodarat memiliki rasa
keingintahuan yang lebih besar dibandingkan dengan binatang. Kemudian hal itu
jugalah yang membedakan manusia dengan binatang. Disamping memiliki rasa
keingintahuan yang besar, manusia juga melakukan proses yang dinamakan
“berfikir”. Dalam dunia ilmu dan pengetahuan, eksistensi manusia dengan
berfikir itu menjadi realita. Karena berfikir itu di anggap sebagai sumber
eksistensi maka kemudian lahirlah penyelidikan sistematik tentang pola-pola dan
hukum-hukum berfikir yang dipelajari oleh logika.
Metode penelitian adalah sebuah cara yang digunakan
untuk memecahkan sebuah masalah secara sistematis dengan mengumpulkan
bukti-bukti yang terkait dengan masalah yang sedang diteliti untuk mendapatkan
pemecahannya. Suatu penelitian dapat diperinci dalam tujuh tahapan yang satu
sama lain saling bergantung dan berhubungan, antara lain perencanaan,
pengkajian secara teliti terhadap rencana penelitian, pengambilan contoh
(sampling), penyusunan daftar pertanyaan, kerja lapangan, editing dan coding,
analisis dan laporan, serta kesimpulan.
B.
Saran
Penelitian diharapkan dapat dilakukan sendiri secara mandiri, efisien,
efektif, kritis, dan didasarkan pada etika kebenaran karena hal tersebut
merupakan aspek yang harus selalu menjadi perhatian utama untuk menghasilkan
suatu ilmu yang mampu diterima masyarakat secara universal.
DAFTAR
PUSTAKA
Ghoni, Djunaidi M.
2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang, Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Rahardjo, Mudjia. 2010. Penelitian
dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Diakses di http://mudjiarahardjo.com/artikel/140-penelitian-dan-pengembangan-ilmu-pengetahuan.com
pada tanggal 29 Maret 2017.
|