MAKALAH
SOSIALISASI POLITIK
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Politik)
KELOMPOK
5
Irmawati :
10538299114
Siti Miftahul Jannah : 10538300114
Risma : 10538298714
Wahida Ayu Lestari :
10538297814
Aprianingsih : 10538299214
Musliani : 10538300414
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN
2016
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan hidayah, rahmat serta karuniaNya sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta para sahabatnya,
juga seluruh pengikutnya di
seluruh dunia, sejak awal kebangkitan Islam
hingga hari kiamat.
Makalah
ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang sosialisasi politik
secara umum.
Kami
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan. Maka dari itu kami sangat mengharapkan masukan dan saran
dari semua pihak yang sifatnya membangun. Semoga Allah SWT meridhoi usaha dan
niat baik kita bersama dalam upaya mewujudkan mahasiswa yang cerdas dan
beriman. Amin.
Makassar, Desember
2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem
politik pada seseorang dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta
reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Hakikat
sosialisasi politik adalah proses pembelajaran, penumbuhan, dan pewarisan
nilai, keyakinan, atau prinsip yang memiliki signifikasi dengan politik dari
waktu ke waktu, dari generasi ke generasi . Sosialisasi
politik dalam beberapa hal merupakan konsep kunci sosiologi politik. Proses
sosialisasi politik terjadi di dalam masyarakat dengan melibatkan peran yang
disebut agen-agen sosialisasi (agents of socialization) diantaranya
yaitu keluarga, teman, media massa, dan sekolah.
Dalam proses
sosialisasi politik mereka juga berperan mentransimisikan nilai-nilai luhur
Pancasila maupun nilai-nilai yang berkaitan dengan politik secara langsung
serta berkaitan dengan persoalan sosial dan budaya dalam masyarakat.
Sosialisasi politik secara khusus merupakan proses komunikasi. Proses
sosialisasi politik melibatkan pihak yang menyampaikan atau mentransmisikan
pesan atau nilai-nilai (komunikator), kemudian juga ada nilai-nilai yang
sebagian besar adalah pesan yang disosialisasikan dan ada pihak kepada siapa
nilai-nilai disampaikan (komunikan).
Michael Rush
dan Philip Althloff secara efektif mengetengahkan beberapa segi penting
sosialisasi politik. Pertama, sosialisasi politik secara fundamental
merupakan hasil belajar dari pengalaman. Kedua, memberikan indikasi umum
hasil belajar tingkah laku individu dalam batas-batas yang luas dan lebih
khusus lagi berkenaan dengan pengetahuan atau informasi, nilai-nilai dan
sikap-sikap. Ketiga, sosialisasi politik itu tidak perlu dibatasi sampai
pada usia kanak-kanak dan masa remaja saja sekalipun pada usia tersebut
merupakan periode-periode yang paling penting dan berarti, akan tetapi
sosialiasasi itu tetap berlanjut sepanjang kehidupan.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun yang
akan di bahas dalam makalah ini telah dirumuskan kedalam beberapa kriteria
masalah yakni :
1. Apa itu
pengertian sosialisasi ?
2. Apa itu
pengertian sosialisasi politik ?
3. Apa saja agen
sosialisasi politik ?
4. Bagaimana
mekanisme sosialisasi ?
5. Bagaimana
perkembangan sosialisasi ?
C.
Tujuan
Tujuan di
susunnya makalah ini adalah sebagai bahan pembelajan sosiologi politik yang
bertemakan sosialisasi politik. Disusunnya makalah ini untuk menjelaskan kepada
para pembaca apa itu sosialisasi politik dan bagaimana mekanisme nya dalam
kehidupan sehari-hari. Tujuan
makalah ini juga adalah untuk memantabkan pengetahuan kita tentang pentingnya
sosialisasi politik untuk membentuk jiwa partisipatif terhadap system politik,
dan juga menumbuhkan jiwa patriotism, gotong royong dan bertanggungjawab kepada
Negara.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sosialisasi
Para
ahli sosiologi, antropologi dan psikologi telah banyak membahas pengertian atau
merumuskan batasan sosialisasi. Berikut beberapa pengertian sosialisasi yng
dibuat oleh berbagai pakar :
1. Paul
B. Horton dan Chester L. Hunt
Horton dan Hunt (1989: 100) member batasan
sosialisasi sebagai “suatu proses dengan mana seseorang menghayati
(mendarahdagingkan, internalize) norma-norma kelompok dimana ia hidup sehingga
timbullah ‘diri’ yang unik”
2. David
B. Brinkerhoff dan Lynn K. White
Brinkerhoff dan White (1989: 90) memberikan
penekanan yang berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Horton dan Hunt. Bagi
Brinkerhoff dan White, sosialisasi diberi pengertian sebagai “suatu proses
belajar peran, status dan nilai yang diperlukan untuk keikutsertaan (partisipasi)
dalam institusi sosial.
3. James W. Vander Zanden
Zanden (1986:60) mendefinisikan sosialisasi sebagai
“suatu proses interaksi sosial dengan mana orang memperoleh pengetahuan, sikap,
nilai dan perilaku esensial untuk keikutsertaan (partisipasi) efektif dalam
masyarakat.”
Terdapat dua hal yang penting dalam
suatu proses sosialisasi, yaitu tentang proses yaitu suatu transmisi
pengetahuan, sikap, nilai, norma, dan perilaku esensial. Serta tentang tujuan,
yaitu sesuatu yang diperlukan agar mampu berpartisipasi efektif dalam
masyarakat.
B.
Pengertian
Sosialisasi Politik
Pengertian
sosialisasi politik,secara sederhana,dapat dipahami melalui menambahkan
defenisi yang tentang sosialisasi dengan politik,misalnya defenisi Brinkerhoff
dan White.Bagi Brinkerhoff dan White sosialisasi diberi pengertian
sebagai”suatu proses belajar peran,status,dan nilai yang diperlukan untuk
keikutsertaan(partisipasi) efektif dalam institusi sosial.
Sedangkan
apabila defenisi sosiologi politik di kontruksi berdasarkan kesimpulan kita
tentang sosialisasi di atas,maka sosialisasi politik adalah suatu transmisi
pengetahuan ,sikap,nilai,norma,dan perilaku esensial dalam kaitannya dengan
politik agar mampu berpartisipasi efektif dalam kehidupan politik.
Namun
untuk pemahaman yang lebih dalam ada baiknya untuk mendiskusikan beberapa
pengertian ahli tentang sosialisasi politik,yaitu antara lain:
1.
M. Rush Dan P. Althoff
Dalam bukunya sosialisasi
politik (2003), Rush dan Althoff memberikan batasan sosialisasi politik
sebagai “suatu proses memperkenalkan system politik pada seseorang,dan
bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reasi terhadap gerak
gejala politik.
2.
A. Thio
Dalam bukunya sociology:An Introduction,thio (1989:412) membuat batasan
sosialisasi politik sebagai “proses dengan mana individu-individu memperoleh
pengetahuan,kepercayaan-kepercayaan,dan sikap politik.
3.
Gabriel A. Almond
Dalam
bukunya Perbandingan Sistem Politik,Muctar
Mas’oed dan Collin Macandrews menyunting tulisan Dabriel A. Almond tentang
“Sosialisasi,Kebudayaan,dan Partisipasi Politik”.Dalam tulisan tersebut Almond
membuat batasan tentang sosialisasi politik: “sosialisasi politik adalah bagian
dari proses sosialisasi yang khususmembentuk nilai-nilai politik,yang
menunjukan bagaimana seharusnya masing-masing anggota masyarakat berpartisipasi
dalam system politiknya.Kebanyakan anak-anak,sejak masa kanak-kanaknya,belar
memahami sikap-sikap dan harapan-harapan politik yang hidup dalam
masyarakatnya”.
C. Agen
Sosialisasi Politik
Dalam kegiatan sosialisasi politik dikenal yang namanya agen. Agen inilah
yang melakukan kegiatan memberi pengaruh kepada individu. Rush dan Althoff
menggariskan terdapatnya 5 agen sosialisasi politik yang umum diketahui, yaitu
:
1. Keluarga
Keluarga merupakan primary group dan agen sosialisasi utama yang
membentuk karakter politik individu oleh sebab mereka adalah lembaga sosial
yang paling dekat. Peran ayah, ibu, saudara, memberi pengaruh yang tidak kecil
terhadap pandangan politik satu individu. Tokoh Sukarno misalnya, memperoleh
nilai-nilai penentangan terhadap Belanda melalui ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai.
Ibunya, yang merupakan keluarga bangsawan Bali menceritakan kepahlawanan
raja-raja Bali dalam menentang Belanda di saat mereka tengah berbicara.
Cerita-cerita tersebut menumbuhkan kesadaran dan semangat Sukarno untuk
memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsanya yang terjajah oleh Belanda.
2. Sekolah
Selain keluarga, sekolah juga menempati posisi penting sebagai agen
sosialisasi politik. Sekolah merupakan secondary group. Kebanyakan dari kita
mengetahui lagu kebangsaan, dasar negara, pemerintah yang ada, dari sekolah.
Oleh sebab itu, sistem pendidikan nasional selalu tidak terlepas dari pantauan
negara oleh sebab peran pentingnya ini.
3. Kelompok
Teman Sebaya (peer groups)
Agen sosialisasi politik lainnya adalah peer group. Peer group masuk
kategori agen sosialisasi politik Primary Group. Peer group adalah teman-teman
sebaya yang mengelilingi seorang individu. Apa yang dilakukan oleh teman-teman
sebaya tentu sangat mempengaruhi beberapa tindakan kita, bukan ? Tokoh semacam
Moh. Hatta banyak memiliki pandangan-pandangam yang sosialistik saat ia bergaul
dengan teman-temannya di bangku kuliah di Negeri Belanda. Melalui kegiatannya
dengan kawan sebaya tersebut, Hatta mampu mengeluarkan konsep koperasi sebagai
lembaga ekonomi khas Indonesia di kemudian hari. Demikian pula pandangannya
atas sistem politik demokrasi yang bersimpangan jalan dengan Sukarno di masa
kemudian.
4. Media
massa
Media massa merupakan agen sosialisasi politik secondary group. Tidak
perlu disebutkan lagi pengaruh media massa terhadap seorang individu.
Berita-berita yang dikemas dalam media audio visual (televisi), surat kabat
cetak, internet, ataupun radio, yang berisikan perilaku pemerintah ataupun
partai politik banyak mempengaruhi kita. Meskipun tidak memiliki kedalaman,
tetapi media massa mampun menyita perhatian individu oleh sebab sifatnya yang
terkadang menarik atau cenderung ‘berlebihan.’
D.
Mekanisme Sosial Politik
Trasmisi
nilai -nilai, pengetahuan, kepercayaan-kepercayaan, sikap politik, dan harapan
politik kepada individu atau kelompok orang tertentu dilakukan melalui beberapa
cara, antara lain:
1. Imitasi
Peniruan atau ( imitasi ) merupakan mekanisme
sosialisasi yang paling di kenal oleh umat manusia. Apa yang di kenal dan di
pahami pertama kali dalam hidup seorang anak manusia di dapatkan melalui proses
peniruan. Poses peniruan merupakan suatu bentuk trasmisi awal terhadap nila-nilai,
pengetahuan,kepercayaan- kepercayaan, sikap, dan harapan, termaksud dalam aspek
politik dari kehidupan kepada anak-anak oleh orang yang lebih dewasa, terutama
orang tua dalam keluarga. Proses ini di kenal sebagai sosialisasi primer, yaitu
proses pembentukan indentitas seorang anak menjadi pribadi atau diri ( seif.
Hal yang pertama kali yang dapat di tangkap oleh anak adalah suara, setelah itu gerak. Oleh sebab itu, cara berbicara dan intonasi orang tua merupakan proyek pertama peniruan dari sang anak. Tidak saja cara berbicara tetapi isi pembicaraan juga menjadi proyek peniruan sang anak. Anak akan mengingat apa saja yang di ucapkan oleh orang tua serta dalam konteks ruang dan waktu seperti apa hal tersebut dikemukkan. Kemudian gerak tubuh (gesture), seperti cara senyum, cara memandang, cara mendanggapi, dan gerak lain menjadi objek peniruan berikutnya.
Imitasi terhadap suara dan gerak tubuh bisa juga di lakukan secara paralel. Dalam kenyataannya, antara suara dan gerak tubuh dalam suatu pembicaraan sering digunakan secara bersama, oleh karena itu peniruan yang di lakukan juga bersifat paralel antara suara dan gerak tubuh. Peniruan juga di lakukan oleh hampir semua orang, tampa memandang etnik, gender, suku dan usia. Peniruan dapat di lakukan secara aktif dan pasif. Peniruan pasif di lakukan dengan meniru apa adanya secara utuh. Sedangkan peniruan kreatif merupakan peniruan yang di lakukan dengan melakukan modifikasi dan inovasi terhadap apa yang di tiru, sehingga terdapat suatu yang beda dari apa yang di tiru.
Dalam realitas dunia politik, strategi kampanye yang di lakukan oleh partai-partai politik yang ada tampak relative sama, karena mereka saling meniru satu sama lain. Permainan makna warna melalui iklan televisi dan bendera yang di lakukan oleh partai keadilan sejaterah (PKS) pada kampanye pemilihan umum 2009, di tiru oleh tim kampaye pasangan SBY dan Boediono pada kampanye pemilihan presiden 2009.
Hal yang pertama kali yang dapat di tangkap oleh anak adalah suara, setelah itu gerak. Oleh sebab itu, cara berbicara dan intonasi orang tua merupakan proyek pertama peniruan dari sang anak. Tidak saja cara berbicara tetapi isi pembicaraan juga menjadi proyek peniruan sang anak. Anak akan mengingat apa saja yang di ucapkan oleh orang tua serta dalam konteks ruang dan waktu seperti apa hal tersebut dikemukkan. Kemudian gerak tubuh (gesture), seperti cara senyum, cara memandang, cara mendanggapi, dan gerak lain menjadi objek peniruan berikutnya.
Imitasi terhadap suara dan gerak tubuh bisa juga di lakukan secara paralel. Dalam kenyataannya, antara suara dan gerak tubuh dalam suatu pembicaraan sering digunakan secara bersama, oleh karena itu peniruan yang di lakukan juga bersifat paralel antara suara dan gerak tubuh. Peniruan juga di lakukan oleh hampir semua orang, tampa memandang etnik, gender, suku dan usia. Peniruan dapat di lakukan secara aktif dan pasif. Peniruan pasif di lakukan dengan meniru apa adanya secara utuh. Sedangkan peniruan kreatif merupakan peniruan yang di lakukan dengan melakukan modifikasi dan inovasi terhadap apa yang di tiru, sehingga terdapat suatu yang beda dari apa yang di tiru.
Dalam realitas dunia politik, strategi kampanye yang di lakukan oleh partai-partai politik yang ada tampak relative sama, karena mereka saling meniru satu sama lain. Permainan makna warna melalui iklan televisi dan bendera yang di lakukan oleh partai keadilan sejaterah (PKS) pada kampanye pemilihan umum 2009, di tiru oleh tim kampaye pasangan SBY dan Boediono pada kampanye pemilihan presiden 2009.
2. Instruksi
Perintah
(instruksi) merupakan penyampaian sesuatu yang berisi amar atau keputusan oleh
orang atau pihak yang memiliki kekuasaan (ordinat) kepada orang yang tunduk
atau di pengaruhi orang yang memiliki kekuasaan (subardinat) untuk di
laksanakan. Instruksi politik biasanya berlangsung pada institusi yang berkait
dengan aspek politik dari kehidupan seperti. Negara dan partai politik. Negara,
yang di dalamnya terdapat lembaga esekutif, legislative, dan yudikatif, memilih
kekuasaan untuk memberikan instruksi politik terhadap orang atau kelompok orang
untuk melakukan sesuatu.
Partai
politik. Melalui pengurus partai, juga memiliki kewenangan untuk membuat
instruksi politik kepada semua pengurus partai. Instruksi politik yang di
keluarkan oleh partai politik, pada kebanyakan kasus di Indonesia para era
reformasi, kepada pengurus partai dan kadernya cenderung tidak di indahkan.
Ketika dewan pengurus pusat (DPP) suatu partai politik memutuskan untuk
berkoalisi mengusung salah satu pasangan presiden dan wakil presiden yang bukan
berasal dari kader partai, misalnya, sebagian pengurus partai dan kadernya
berseberangan dengan instruksi politik DPP partai politik.
3. Desiminasi
Desiminasi
politik sering di lakukan oleh para anggota legislatif dan aparat birokrasi
untuk memberi tahu atau menyebarluaskan informasi tentang suatu agenda politik.
Aparatur birokrasi, misalnya melakukan desimenasi pemilihan legislatif,
presiden, dan kepala daerah melalui pertemuan tatap muka ( seminar atau
pelatihan ), penyebaran pampflet, baliho, dan dia massa seperti surat kabar,
radio, dan televisi. Sedangkan anggota legislatif, misalnya, mendiseminasi
undand - undang dasar 1945 yang telah diamandemen ke berbagai unsur masyarakat
di seluruh Indonesia.
4. Motivasi
Motifasi politik merupakan suatu mekanisme
sosialisasi politik untuk membentuk sikap, kalau bisa pada tahap prilaku,
seseorang atau kelompok orang tentang suatu nilai-nilai, pengetahuan,
kepercayaan-kepercayaan, sikap, politik, dan harapan politik tertentu. Angen
yang mampu melakukan motivasi adalah mereka yang memiliki suatu derajat
kepercayaan tertentu terhadap orang atau kelompok orang yang di motivasi
seperti orang tua, pemimpin (formal dan informal), dan kelompok rujukan atau
mereka yang memiliki keahlian dan kompetensi sebagai motivator seperti orator,
konselor, konsultan, dan sebagainya.
5.
Penataran
Pada masa orde baru dahulu, kita telah
diperkenalkan dengan suatu mekanisme sosialisasi politik bernama penataran, di
mansyhurkan dengan nama penataran p4 (pedoman, penghayatan, dan pengalamam
pancasila) sesuai dengan namanya, penataran p4 merupakan suatu bentuk sosialisasi
untuk menanamkan nilai-nilai, pengetahuan, pekercayaan-kepercayaan, sikap, dan
prilaku yang sesuai dengan pancasila. Nilai-nilai, pengetahuan,
kepercayaan-kepercayaan, sikap dan prilaku yang di di harapkan untuk di
wujudkan dalam realitas kehidupan sehari-hari di pandang sesuatu yang
baik.
E.
Perkembangan
Sosialisasi Politik
Masa anak-anak dan masa remaja adalah masa yang paling cenderung mudah utuk
di ajarkan mengenai hal-hal baru seperti sosialisasi politik. Sosialisasi yang
baik diperoleh dari lingkungan yang baik pula itu sebabnya bahwa lingkungan
merupakan faktor penting dalam sosialisasi . Robert Lane dalam Buku Michael
Rush Dan Pilliph Althof (200360) menyatakan bahwa terdapat tiga kepercayaan
politik yang dapat diletakkan melalui keluarga yaitu :
1. Dengan doktrinasi terbuka dan indoktrinasitertutup
2. Dengan jalan menempatkan anak dalam konteks sosial khusus
3. Dengan jalan membentuk kepribadian anak.
Beberapa para ahli yaitu Easton dan
Dennis menyatakan empat tahap sosialisasi politik dari anak-anak , yaitu :
1. Pengenalan otoritas melalui individu tertentu , seperti orang tua , anak-
anak , presiden dan polisi
2. Perkembangan pembedaan antara otoritas internaldan yang eksternal , yaitu
antara pejabat swasta dan pejabat pemerintah
3. Pengenalan mengenai institusi-institusi politik yang impersonal , seperti
kongres, Mahkamah Agug dan pemilihan umum
4. Perkembangan pembedaan antara institusi-institusi politik .
Kemahiran yang diperoleh anak-anak mengenai kemampuan politik mereka yaitu
perasaan pada diri individu bahwa dia dapat menggunakan beberapa pengaruh dalam
sistem politik . Dalam sosialisasi politik pengaruh yang paling kuat dalam
kegiatan politik itu adalah dipengaruhi oleh agen sosialisasi yaitu keluarga .
bukti yang diperoleh mengenai peranan keluarga didalam sosialisasi politik
menyatakan bahwa anak-anak anak-anak itu secara keseluruhan dipengaruhi oleh
lingkungan .
Secara tidak langsung keluarga itu
menyajikan dan juga merupakan bagian lingkungan yang bisa menghasilkan
perolehan pengetahuan, nilai , dan sikap tertentu yang secara umum dianut oleh
keluarga itu. Anak-anak yang memiliki orang tua yang aktif terlibat dalam
politik , atau terikat pada suatu partai tertentu , tampaknya menjalani
tingkatan indoktrinasi yang lebih besar atau lebih langsung , daripada
anak-anak yang orang tuanya kurang sekali berminat dalam kegiatan politik .
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sosialisasi
politik merupakan satu proses untuk menanam sikap-sikap dan nilai-nilai politik
dari peringkat kanak-kanak sehingga peringkat dewasa dan setelah dewasa pula
mereka direkrutkan dengan peranan-peranan tertentu. Sosialisasi politik juga merupakan
adalah proses yang berlangsung lama dan rumit yang dihasilkan dari usaha
saling mempengaruhi di antar kepribadian individu dengan pengalaman-pengalaman
politiknya yang relevan. Dalam sosiologi politik terdapat beberapa agen sosialisasi yaitu
keluarga, teman sebaya, sekolah, media massa , pemerintah, dan partai politik.
mekanisme pelaksanaan sosialisasi ada lima yaitu Imitasi , Instruksi,
Desiminasi , Motivasi dan Penataran.
Masa remaja
merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini seseorang
akan mengalami perubahan baik di dalam maupun di luar dirinya. Oleh karena itu
sosialisasi politik sangat penting bagi remaja, dalam hal ini yaitu sosialisasi
politik mengenai nilai-nilai luhur Pancasila seperti menghormati orangtua,
gotong royong, kerukunan, musyawarah, dan tanggungjawab sebagai warga negara. Sosialisasi politik bertujuan untuk menumbuhkan rasa
patriotisme kepada masyarakat sejak masa anak-anak hingga dewasa dan menjadikan
masyarakat lebih berpartisipasi didalam sistem politik sehingga sistem politik
di dalam negara menjadi lebih baik. Melalui sosialisasi politik,
individu-individu diharapkan mau dan mampu berpartisipasi secara bertanggung
jawab dalam kehidupan politik
Oleh karena itu
hakikat sosialisasi politik adalah adalah proses pembelajaran, penumbuhan, dan
pewarisan nilai, keyakinan, atau prinsip yang memiliki signifikasi dengan
politik dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi.
B.
Saran
Proses
sosialisasi politik secara khusus adalah sebuah proses komunikasi . proses
sosialisasi memerlukan dua pihak yang menyampaikan dan mentransmisikan
nilai-nilai, sikap kegotong royongan, kesatuan dan persatuan.
Dari uraian
singkat diatas kami segenap penulis menyarankan kepada agen-agen sosialisasi
politik ntuk membantu melaksanakan peranya untuk mensosialisasikan politik
dikalangan anak-anak hingga remaja agar ikut bekerjasama dalam mensukseskan
sistem politik yang terbentuk agar berjalan dengan lancar. Keluarga juga
sebagai agen sosialisasi menjadi faktor penting penentu karakter anak, dan di
dalam keluarga pula lah anak-anak belajar dan anak – anak menerima sosialisasi
politik yang baik , setidaknya para keluarga dan teman-teman sebaya dan juga
lingkungan menjadi faktor anak mendapat kan sosialisasi politik tersebut.
Sehingga kedua pihaksaling bekerjasama dalam mensosialisasikan politik agar
tercipta sistem politik yang partisipatif dan juga dekokratis.
Dalam
mensukseskan sosialisasi politik juga di sarankan agar peerintah turun tangan
secara langsung dalam mensosialisasikan politik kepada generasi muda agar
masyarakat memiliki jiwa bertanggungjawab kepada negara. Dan kepada para
generasi muda diharapkan mampu menerima sosialisasi yang diberikan agar sistem
politik dalam negeri dapat berlangsung dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
H.I, A. Rahman. 2007. Sistem
Politik Indonesia.. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Pros.Dr.Damsar . 2010. Pengantar Sosialisasi Politik. Jakarta: Kencana Pranadamedia Group.
Rush, Michael dan Althoff, Philip. 2003. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta:
Rajawali.
Setiadi, Elly M dan Kolip, Usman. 2013. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta:
Kencana Pranadamedia Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar