Kamis, 26 Oktober 2017

MAKALAH PENELITIAN SOSIAL BUDAYA

“PERKELAHIAN KELOMPOK (TAWURAN) SEBAGAI BENTUK FENOMENA SOSIAL DI KALANGAN PELAJAR”




KELOMPOK I   
Suardi
Edianto
Siti Miftahul Jannah                  
Andi Neneng Ambarwati              

Nama Dosen : Lisnawati Ali, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017/2018


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkelahian kelompok antar remaja adalah suatu bentuk tindakan kekerasan atau agresi yang di lakukan oleh suatu kelompok remaja dengan kelompok remaja yang lain dimana mereka berusaha untuk menyingkirkan pihak lawan dengan menghancurkan atau membuat mereka tidak berdaya. Perkelahian kelompok antar remaja disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian psikis tertentu kemudian mereka melakukan mekanisme kompensatoris guna menuntut perhatian lebih, khususnya untuk mendapatkan pengakuan lebih terhadap egonya yang merasa tersisih atau terlupakan dan tidak mendapatkan perhatian yang pantas dari orang tua sendiri maupun dari masyarakat luas. Biasanya perilaku mereka juga di dorong oleh kompensasi pembalasan terhadap perasaan-perasaan inferior/min-pleks, untuk kemudian di tebus dalam bentuk tingkah laku “melambung dan ngejago” guna mendapatkan perlakuan lebih terhadapnya.
Perkelahian kelompok antar remaja ini merupakan perilaku yang menyimpang dan melanggar norma yang ada dalam masyarakat. Perkelahian kelompok antar remaja ini menimbulkan berbagai dampak negative baik bagi para remaja yang terlibat dalam perkelahian tersebut maupun masyarakat.  Maka dari itu perlu adanya kepedulian dari pihak keluarga, sekolah, maupun masyarakat untuk menanggulangi perkelian kelompok antar remaja.

B.     Rumusan Masalah 
1.      Apa yang dimaksud dengan perkelahian antar kelompok (tawuran)? 
2.      Apa faktor yang menyebabkan terjadinya perkelahian? 
3.      Apa saja dampak dari perkelahian antar kelompok (tawuran)? 
4.      Bagaimana solusi dari perkelahian antar kelompok (tawuran) dikalangan pelajar ? 
 
C.    Tujuan
             1.      Memahami apa yang  dimaksud dengan perkelahian antar kelompok (tawuran). 
             2.      Memahami faktor yang menyebabkan terjadinya perkelahian. 
             3.      Memahami dampak dari perkelahian antar kelompok (tawuran).
             4.      Mengetahui solusi dari perkelahian antar kelompok (tawuran) dikalangan pelajar .


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Defenisi
Tawuran dalam kamus bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan pelajar adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga apabila kita menarik garis besarnya yaitu perkelahian antar banyak orang yang tugas pelakunya adalah manusia yang sedang belajar. Ironis memang orang yang sedang belajar melakukan perkelahian, namun itu kenyataan yang terjadi.
Menurut Sofyan S, Willis (2005) perkelahian adalah merupakan suatu perbuatan yang mengganggu keamanan dan ketertiban umum, dimana perkelahian menunujukkan tindakan dari kedua belah pihak secara bersamaan. Sebagaimana kita ketahui bahwa perkelahian antar pelajar melibatkan beberapa orang pelajar yang turut serta baik dalam perkelahian maupun dalam penyerangan. Jadi, perkelahian antar pelajar adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh beberapa orang pelajar yang dilakukan secara beramai-ramai (massal), baik perbuatan tersebut dilakukan secara memukul, menendang, menusuk dengan pisau tumpul dan benda tajam yang mana semua itu dapat mengakibatkan rasa derita pada orang lain yang menjadi korban.
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
  1. Pada delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang mengharuskan mereka  untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
  2. Sedangkan pada delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya.
B.     Faktor Penyebab Terjadinya Perkelahian Kelompok (Tawuran)
Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan di dalam diri individu (sering disebut kepribadian, walau tidak selalu tepat) dan kondisi eksternal. Begitu pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarkan, terdapat sedikitnya 4 faktor psikologis mengapa seorang remaja terlibat perkelahian pelajar.
      1.      Faktor internal.
Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya.
Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari
masalah, menyalahkan orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat membutuhkan pengakuan.
     2.      Faktor keluarga.
Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau melakukan kekerasan yang sama. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya, banyak anak akan menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya. Selain itu suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja. Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994)
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Sehingga peran besar keluarga dituntut untuk memberikan contoh yang baik agar anak-anak tidak mencari perilaku menyimpang seperti tawuran pelajar.
     3.      Faktor sekolah
Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam mendidik siswanya. Bagi Durkheim, sekolah mempunyai fungsi yang sangat penting dan sangat khusus untuk menciptakan makhluk baru, yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat. (Emile Durkheim, Leducation Morale ( Paris : Libraire Felix Alean, 1925), hal. 68. Untuk itu dibutuhkan sekali keselarasan antara harapan masyarakat dengan system pengajaran. Sekolah untuk lingkungan masyarakat militer harus berbeda dengan cara pengajaran di sekolah yang memperuntukkan anak didiknya untuk dunia industry. Namun, disamping itu semua hal yang paling penting dalam mengajar adalah menumbuhkan motivasi diri (self motivation) untuk belajar. Dengan ada keinginan sendiri untuk belajar bagi para siswa maka mereka akan bisa lebih focus terhadap pelajaran yang diberikan oleh pengajar.
     4.      Faktor lingkungan
Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.
Lingkungan yang tidak menerima eksistensi para remaja juga menjadi slah satu faktor pemicu seorang pelajar atau remaj melakukan perbuatan-perbuatan anarki. Padahal pada usia remaja tersebut remaja dalam taraf pencarian jati diri, dan dibutuhkan sekali dukungan dan partisipasi warga masyarakat dilingkungan sekitar mereka berada. Hal itu bisa dilakukan dengan berbagai cara diantaranya mengadakan wadah organisasi pemuda, memberikan apresiasi terhadap remaja yang berprestasi, melibatkan remaja dalam berbagai kegiatan kemsyarakatan sampai dengan memberikan tanggung jawab yang lebih untuk menjadi panitia sebuah kegiatan yang diadakan oleh masyarakat. Hal-hal tersebut mungkin bisa diharapkan untuk meminimalisasi remaja untuk mencari kegiatan-kegiatan negative di luar lingkungan mereka atau dengan kata lain untuk meminimalisasi tawuran pelajar.

C.    Dampak Perkelahian Kelompok (Tawuran)
      1.      Dampak positif
-        Menimbulkan keberanian, karena tidak takut akan sesama pelajar.
-   Penghargaan “rasa terhormat” terhadap seorang pelajar pada suatu kelompok  pelajar yang berkelahi.
       2.      Dampak Negatif
       Bagi pelajar
-           Akan dijauhi teman.
-           Menimbulkan luka fisik.
-          Tindak pidana jika mengakibatkan luka fisik maupun kematian pada seseorang.
            Bagi keluarga
-          Rasa malu terhadap tetangga sekitar karena ulah salah satu anggota keluarga.
-          Keluarga mendapat teguran dari dari pihak sekolah, masyarakat maupun kepolisian
            Bagi Sekolah
-    Kerugian materiil yang mungkin timbul seperti rusaknya gedung sekolah maupun peralatan lain akibat dari pelemparan benda dari pihak lain.
-     Kerugian yang menyangkut nama baik sekolah dalam masyarakat maupun aparat keamanan, yakni timbulnya kesan sekolah urakan dan menjadi pengawasan dari pihak yang berwajib.

D.    Solusi Perkelahian Kelompok (Tawuran)
Dalam menanggulangi perkelahian kelompok antar remaja dapat dilakukan melalui upaya-upaya sebagai berikut:
      1.      Upaya preventif
Yang dimaksud dengan upaya preventif adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis, terrencana dan terarah untuk menjaga agar tidak terjadi perkelahian kelompok antar pelajar. Upaya preventif yang dapat dilakukan diantaranya yaitu:
Di dalam keluarga
-          Orang tua menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama.
-          Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis.
-          Adanya kesamaan norma-norma yang di pegang, antara ayah, ibu, dan keluarga lainnya di dalam rumah tangga dalam mendidik anaknya.
-          Memberikan kasih sayang secara wajar kepada anak-anak.
-    Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak remaja di lingkungan anak remaja.
 Upaya sekolah
-        Guru hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid.
-     Mengintensifkan pelajaran agama dan mengadakan tenaga guru yang ahli dan berwibawa serta mampu bergaul secara harmonis dengan guru yang lain
-     Melengkapi fasilitas sekolah dan membuat metode pembelajaran yang baik dan menyenagkan agar siswa betah mengikuti pelajaran di sekolah.
-   Mengintensifkan bimbingan dan konseling di sekolah dengan cara mengadakan tenaga ahli (konselor).
-          Adanya kesamaan norma-norma yang di pegang oleh guru-guru.
 Upaya masyarakat
- Menciptakan lingkungan yang aman, tenag, harmonis, gotong royog, menciptakan komunikasi/sosialisasi yang baik antar individu dalam masyarakat.
        2.      Upaya kuratif
Yang dimaksud upaya kuratif yaitu upaya antisipasi agar perkelahian kelompok antar remaja tidak meluas dan merugikan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
-      Upaya kuratif secara formal: memberikan hukuman bagi remaja yang melanggar aturan atau norma yang berlaku.
-          Upaya kuratif masyarakat: berorganisasi secara baik.
       3.      Upaya pembinaan
-          Membina mental dan kepribadian remaja.
-          Membina mental untuk menjadi warga Negara yang baik.
-          Memina kepribadian yang wajar.
-          Pembinaan ilmu pengetahuan.
-          Pembinaan bakat-bakat khusus. Misalnya anak yang suka berkelahi di arahkan unyuk mengikuti ekstra tekondo.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Perkelahian kelompok antar remaja di dorong oleh kompensasi pembalasan terhadap perasaan-perasaan inferior/min-pleks, untuk kemudian di tebus dalam bentuk tingkah laku “melambung dan ngejago” guna mendapatkan perlakuan lebih terhadapnya. Terdapat dua factor yang mempengaruhi perkelahian kelompok antar remaja, diantaranya yaitu factor internal dan factor eksternal. Uapaya menanggulangi perkelahian kelompok antar remaja tersebut dapat di lakukan melalui beberapa upaya diantaranya upaya prefentif, kuratif dan pembinaan. Perkelahian kelompok antar remaja tersebut akan menimbulkan dampak negative baik untuk remaja itu sendiri maupun masyarakat.

B.     Saran
Sebaiknya orang tua bisa memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup pada anaknya serta melakukan pengawasan yang sewajarnya, sehingga  anak mereka tidak terjrumus dalam pergaulan yang salah. Pihak sekolah dan masyarakat juga harus ikut mengawasi para remaja agar tidak terjadi perkelahian kelompok antar remaja.

DAFTAR PUSTAKA


 www.wikipedia.com (diakses pada tanggal 24 Oktober 2017)
Kartono, kartini. 2005. Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja Grfindo Persada.
Sudarso. 2004. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.
Willis, sofyan S. 2010. Remaja dan Masalahnya. Bandung: Alfabeta.
 






 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar